7 Wabah Paling Mematikan dalam sejarah Manusia
7 Most Deadly Outbreak in human history
Virus, bakteri, dan mikroorganisme patogen lain akan selalu
menemani kehidupan. Keganasannya tak mengenal batas negara dan benua. Dengan
ukurannya yang mikroskopis, virus dan bakteri telah memberikan warna tersendiri
pada sejarah kehidupan manusia. Warna hitam kelam yang dikenal sebagai pandemi
atau wabah.
Dalam sejarah perjalanan manusia,
telah tercatat banyak wabah besar atau pandemi yang cukup signifikan dan
merenggut banyak nyawa. Berikut ini adalah beberapa contoh wabah besar yang
pernah tercatat dalam sejarah:
7. Cacar (430 SM? - 1979)
Penyakit cacar telah menewaskan lebih dari 300 juta orang di
seluruh dunia di abad ke-20
saja, dan sebagian besar merupakan
penduduk
asli Amerika.

Cacar (juga dikenal dengan nama Latin variola atau variola vera) adalah penyakit menular yang unik untuk manusia. Cacar disebabkan oleh salah satu dari dua varian virus bernama variola mayor dan variola minor. V. Mayor, yang lebih mematikan, memiliki angka kematian 30-35%, sedangkan V. minor menyebabkan bentuk ringan dari penyakit yang disebut alastrim dan membunuh ~ 1% dari penderitanya. Akibat jangka panjang infeksi V. major adalah bekas luka, umumnya di wajah, yang terjadi pada 65–85% penderita. Pada sedikit kasus, efek samping yang dapat terjadi adalah kebutaan karena ulserasi kornea dan infertilitas pada korban laki-laki.
Cacar menewaskan sekitar 60 juta orang Eropa, termasuk
lima raja yang
berkuasa Eropa, pada abad ke-18
saja. Sampai dengan 30% dari mereka yang terinfeksi, termasuk 80% dari anak di bawah usia
5 tahun, meninggal akibat penyakit ini, dan sepertiga dari korban
menjadi buta.
Adapun Amerika, setelah kontak
pertama dengan orang Eropa dan Afrika,
beberapa percaya bahwa kematian 90 sampai 95 persen dari penduduk asli
Amerika disebabkan oleh para
pendatang tersebut. Hal ini diduga
bahwa cacar adalah penyebab utama dan bertanggung
jawab atas pembunuhan hampir semua penduduk asli Amerika. Di
Meksiko, ketika Aztec bangkit memberontak melawan Cortés, dikarenakan
kalah jumlah, orang Spanyol terpaksa
mengungsi. Dalam pertempuran itu,
seorang tentara Spanyol yang terinfeksi cacar meninggal. Setelah
pertempuran, suku Aztec kemudian
tertular virus dari tubuh tentara
Spanyol tersebut. Ketika Cortés kembali ke ibukota Aztec, cacar telah menghancurkan populasi Aztec. Cacar
telah membunuh
sebagian besar dari tentara Aztec, kaisar,
dan 25% dari keseluruhan
populasi. Cortés kemudian dengan mudah
mengalahkan Aztec dan masuk Tenochtitlán, di mana ia menemukan cacar yang
telah membunuh orang Aztec lebih
daripada apa yang telah dibunuh oleh senjata
perang.
Cacar diperkirakan bertanggung jawab
terhadap 300-500 juta kematian di abad ke-20. Pada tahun 1967, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan bahwa 15 juta orang terjangkit penyakit cacar dan bahwa dua juta
meninggal pada tahun itu. Setelah
kampanye vaksinasi sukses sepanjang
abad 19 dan 20, WHO mengeluarkan
sertifikasi pemberantasan cacar pada tahun 1979. Hingga hari ini, cacar adalah satu-satunya
penyakit menular pada manusia yang
telah benar-benar diberantas
dari alam.
6. Flu Spanyol (1918 - 1919)
Menewaskan
50 sampai 100 juta orang di seluruh dunia dalam waktu kurang dari 2 tahun
Pada
tahun 1918 dan 1919, pandemi Flu Spanyol membunuh lebih banyak orang dibanding
Hitler, senjata nuklir dan semua teroris jika dikombinasikan. (Pandemi adalah
epidemi yang mewabah pada skala global.) Flu Spanyol merupakan versi lebih
parah dari flu biasa, yang ditandai dengan sakit tenggorokan biasa, sakit
kepala dan demam. Namun, pada banyak pasien, penyakit ini cepat berkembang
menjadi sesuatu yang jauh lebih buruk dari pilek biasa. Menggigil dan kelelahan
ekstrim yang sering disertai dengan cairan di paru-paru. Salah satu dokter yang
merawat pasien yang terinfeksi menggambarkan adegan suram: "Wajah-wajah
pasien kebiruan, batuk disertai dahak bernoda darah. Di pagi hari, mayat
ditumpuk di kamar mayat seperti kayu bakar."

Tidak ada obat untuk virus influenza, bahkan sampai hari ini. Semua yang dokter bisa lakukan
adalah mencoba untuk membuat pasien nyaman, yang
merupakan satu-satunya cara yang
baik pada waktu itu, karena paru-paru pasien dipenuhi cairan dan didera batuk tak tertahankan. Wajah
korban yang kebiruan akhirnya berubah
coklat atau ungu dan kaki mereka menjadi hitam. Sebagian
dari pasien-pasien tersebut juga terinfeksi bakteri pneumonia sebagai infeksi
sekunder. Karena antibiotik belum
ditemukan, infeksi sekunder ini juga pada dasarnya tidak dapat diobati. Pandemi datang dan pergi seperti kilat. Lebih dari setengah juta orang
meninggal di Amerika Serikat saja, di seluruh dunia, lebih dari 50 juta.
5. Black
Death (1340 - 1771):
Menewaskan 75 juta orang di seluruh dunia.
The Black Death, atau The
Black Plague,
adalah salah satu pandemi paling mematikan dalam sejarah manusia.
Wabah ini dimulai di Asia Selatan,
Barat atau Tengah
dan menyebar ke Eropa pada akhir 1340-an. Jumlah total kematian
di seluruh dunia dari pandemi
diperkirakan mencapai 75 juta orang, dengan 20
juta kematian
di Eropa saja. The Black Death diperkirakan telah membunuh antara sepertiga hingga dua pertiga dari penduduk
Eropa.
Wabah penyakit ini muncul dengan sendirinya melalui tiga
varian penularan. Paling umum merupakan Varian Pes berasal dari pembengkakan
yang muncul di leher korban, ketiak ataupun pangkal paha. Penyakit ini tumbuh
dengan berbagai ukuran, dimulai dari sebesar telur hingga sebesar apel.
Meskipun beberapa orang selamat dari cobaan yang menyakitkan, wabah penyakit
ini biasanya memberikan harapan hidup pada korban hingga seminggu.
Varian kedua merupakan
wabah Pneumonia
yang menyerang sistem pernapasan dan disebarkan hanya dengan menghirup udara
yang dihembuskan melalui korban. Wabah penyakit ini jauh lebih mematikan
dibanding wabah Pes, harapan hidup hanya dapat diukur dalam satu atau dua hari.
Varian ketiga merupakan
penularan wabah Septicemia, penyakit
yang menyerang sistem darah.
Tanda
klasik penyakit pes adalah munculnya buboes di selangkangan, leher dan ketiak,
dengan nanah yang mengalir dan berdarah. Korban mengalami kerusakan pada kulit
dan jaringan di bawahnya, sampai mereka ditutupi bercak gelap. Sebagian besar
korban meninggal dalam waktu empat sampai tujuh hari setelah infeksi.
Ketika
wabah mencapai Eropa, ia pertama kali melanda kota-kota pelabuhan dan kemudian
mengikuti rute perdagangan, baik lewat laut dan darat. Penyakit pes adalah
bentuk paling sering terlihat selama wabah Black Death, dengan angka kematian
30-75 persen dengan gejala demam 38-41 ° C (101-105 ° F), sakit kepala, nyeri
sendi sakit, mual dan muntah, dan perasaan umum malaise. Dari mereka yang
terjangkit penyakit pes, 4 dari 5 meninggal dalam waktu delapan hari. Wabah
pneumonia adalah bentuk yang paling sering kedua selama Black Death, dengan
angka kematian 90-95 persen.

Penyakit
yang sama diduga telah kembali ke Eropa setiap generasi dengan berbagai
virulensi dan mortalitas hingga tahun 1700. Selama periode ini, lebih dari 100
epidemi wabah menyapu seluruh Eropa. Setelah kembali pada tahun 1603, wabah
membunuh 38.000 penduduk London.
Wabah abad ke-17 yang terkenal lainnya adalah Wabah Italia (1629-1631), Wabah
Besar Seville (1647-1652), Wabah
Besar London (1665-1666), Wabah Besar
Wina (1679). Ada beberapa kontroversi
mengenai identitas dari penyakit dalam wabah tersebut, tetapi dalam bentuk
virulen penyakit yang ada sama dengan penyakit yang terjadi selama wabah black
death. Setelah Wabah Besar Marseille
(1720-1722) dan wabah di Moskow (1771),
tampaknya penyakit-penyakit tersebut telah menghilang dari Eropa pada abad
ke-18. Wabah Black Death pada abad
keempat belas memiliki efek drastis pada populasi Eropa, yang mengubah struktur
sosial Eropa.
4. Malaria
(1600 - sekarang)
Membunuh sekitar 2 juta orang per tahun

Malaria menyebabkan sekitar 400-900 juta kasus
demam dan sekitar 1-3 juta kematian
setiap tahunnya - ini mewakili setidaknya satu kematian setiap 30 detik. Sebagian
besar kasus terjadi pada anak-anak di bawah usia 5 tahun, dan wanita hamil juga sangat
rentan terhadap penyakit ini. Meskipun upaya untuk mengurangi penularan dan
meningkatkan pengobatan terus dilakukan, namun hanya terjadi sedikit perubahan di
daerah beresiko penyakit ini sejak tahun 1992. diperkirakan, jika prevalensi malaria
tetap berada diangka sekarang, angka kematian bisa dua kali lipat dalam dua
puluh tahun ke depan. Statistik yang tepat tidak diketahui karena banyak kasus
terjadi di daerah pedesaan di mana penduduk tidak memiliki akses ke rumah sakit
atau sarana untuk mendapatkan perawatan kesehatan. Akibatnya, sebagian besar
kasus tidak terdokumentasi.
Malaria adalah salah satu penyakit menular yang paling umum dan merupakan masalah kesehatan
masyarakat yang besar. Parasit penyebab Malaria ditularkan oleh nyamuk Anopheles
betina. Kemudian parasit berkembang biak dalam sel darah merah, menyebabkan
gejala yang mencakup gejala anemia (pusing ringan, sesak napas, takikardia dll),
serta gejala umum lainnya seperti demam, menggigil, mual, penyakit seperti flu,
dan pada kasus yang berat, menyebabkan koma dan kematian. Penyakit ini disebabkan
oleh parasit protozoa dari genus Plasmodium. Tersebar luas di daerah tropis dan
subtropis, termasuk bagian dari Amerika, Asia, dan Afrika.
3. AIDS (1981 - sekarang)
Membunuh 25 juta orang di seluruh dunia
Acquired Immune
Deficiency Syndrome (AIDS) telah menyebabkan kematian lebih dari 25 juta orang sejak pertama kali dikenal pada tahun 1981, menjadikannya salah satu
wabah paling mematikan dalam sejarah.
Meskipun akses yang lebih baik terhadap pengobatan antiretroviral dan
perawatan di banyak daerah di dunia,
epidemik AIDS telah menyerang sekitar
3,1 juta (antara 2,8 dan 3,6 juta) orang di
tahun 2005 (rata-rata 8.500
per hari), yang 570.000
diantaranya adalah anak-anak.

UNAIDS dan WHO memperkirakan bahwa jumlah orang yang hidup dengan human
immunodeficiency virus (HIV) telah
mencapai tingkat tertinggi. Diperkirakan
ada 40,3 juta (diperkirakan
berkisar antara 36,7 dan 45.300.000) orang
sekarang hidup dengan HIV. Selain
itu, hampir 5 juta orang diperkirakan telah terinfeksi HIV pada tahun 2005 saja.
Pandemi HIV/AIDS
ini tidaklah homogen hanya dalam satu wilayah dengan beberapa
negara yang lebih banyak
kasus daripada yang lain. Bahkan pada tingkat
negara ada variasi yang luas dalam
tingkat infeksi antara daerah
yang berbeda. Jumlah orang yang
hidup dengan HIV terus meningkat
di sebagian besar dunia, meskipun strategi pencegahan terus dilakukan. Sub-Sahara Afrika tetap merupakan daerah paling parah terkena, dengan 23,8
- 28,9 juta orang
yang hidup dengan HIV pada akhir tahun
2005, 1 juta lebih dibandingkan tahun 2003. Enam puluh empat persen dari semua orang yang hidup dengan HIV, tinggal di Afrika sub-Sahara,
dan lebih dari 77% dari semua wanita yang
hidup dengan HIV juga
berada disini. Asia
Selatan dan Asia Tenggara adalah region kedua
yang paling terpengaruh
dengan jumlah penderita mencapai 15%.
Fakta-fakta kunci seputar ini asal AIDS saat ini
tidak diketahui, terutama di mana dan kapan pandemi dimulai, meskipun dikatakan bahwa virus HIV berasal dari kera di Afrika.
2. Kolera
(1817 - sekarang)
8 pandemi, ratusan ribu tewas di seluruh dunia
Kolera telah menyerang sepanjang
Sungai Gangga di India selama berabad-abad, dan penyakit ini merebak di
Calcutta pada tahun 1817 secara besar-besaran.
Ketika festival sungai Gangga selesai, mereka membawa kolera kembali ke rumah
mereka di bagian lain India. Tidak ada bukti pasti berapa banyak orang India tewas
selama epidemi itu, tapi diperkirakan ada sebanyak 10.000 kematian tentara Inggris akibat penyakit kolera. Dan juga, hampir pasti bahwa
setidaknya ratusan ribu pribumi jga telah menjadi korban
di seluruh wilayah India. Pada
1827 kolera telah menjadi penyakit yang paling ditakuti abad ini.

Pandemi kolera utama yang tercatat adalah
sebagai berikut:
Meskipun obat telah semakin modern, kolera masih merupakan pembunuh yang mematikan.
- Pandemi pertama, 1816–1826. Pada mulanya wabah ini terbatas pada daerah anak benua India, dimulai di Bengal, dan menyebar ke luar India pada tahun 1820. Penyebarannya sampai ke Republik Rakyat Cina dan Laut Kaspia sebelum akhirnya berkurang.
- Pandemi kedua (1829–1851) mencapai Eropa, London pada tahun 1832, Ontario Kanada dan New York pada tahun yang sama, dan pesisir Pasifik Amerika Utara pada tahun 1834.
- Pandemi ketiga (1852–1860) terutama menyerang Rusia, memakan korban lebih dari sejuta jiwa.
- Pandemi keempat (1863–1875) menyebar terutama di Eropa dan Afrika.
- Pandemi keenam (1899–1923) sedikit memengaruhi Eropa karena kemajuan kesehatan masyarakat, namun Rusia kembali terserang secara parah.
- Pandemi ketujuh dimulai di Indonesia pada tahun 1961, disebut "kolera El Tor" (atau "Eltor") sesuai dengan nama galur bakteri penyebabnya, dan mencapai Bangladesh pada tahun 1963, India pada tahun 1964, dan Uni Soviet pada tahun 1966.
Meskipun obat telah semakin modern, kolera masih merupakan pembunuh yang mematikan.
1. Tifus atau Rickettsia (430
SM? - kini)
Membunuh 3 juta orang antara 1918 dan 1922 saja, dan
sebagian besar tentara Napoleon di Rusia
Tifus adalah salah satu dari beberapa penyakit serupa yang disebabkan oleh
bakteri yang ditularkan oleh kutu. Namanya berasal dari bahasa Yunani typhos, yang berarti berasap atau malas,
menggambarkan keadaan pikiran mereka yang terkena dampak dari tifus. Rickettsia
adalah endemik di host binatang pengerat, termasuk tikus, dan menyebar ke
manusia melalui tungau, kutu dan caplak. Vektor Arthropoda tumbuh subur dalam kondisi kebersihan
yang buruk, seperti yang ditemukan di penjara atau kamp-kamp pengungsi, di
antara para tunawisma, atau sampai pertengahan abad ke-20, pada tentara di
lapangan.

Gambaran pertama tifus itu mungkin ditemukan pada tahun
1083 di sebuah biara dekat Salerno, Italia. Sebelum vaksin dikembangkan dalam
Perang Dunia II, tifus merupakan penyakit
yang berbahaya bagi
manusia dan telah bertanggung jawab untuk sejumlah epidemi sepanjang sejarah. Selama
tahun kedua Perang Peloponnesia (430 SM), negara-kota Athena di Yunani kuno dilanda
epidemi dahsyat, yang dikenal sebagai Wabah Athena, yang menewaskan antara lain,
Pericles dan dua putra sulungnya. Wabah
kembali lagi, pada tahun 429 SM dan pada musim dingin tahun 427/6 SM. Epidemi terjadi di seluruh Eropa
dari abad 16 hingga ke abad 19, dan terjadi selama Perang Saudara Inggris, Perang
Tiga Puluh Tahun dan Perang Napoleon. Ketika Napoleon
mundur dari Moskow pada tahun 1812, lebih banyak tentara Perancis meninggal
karena tifus daripada dibunuh oleh tentara Rusia. Sebuah epidemi besar terjadi di Irlandia antara
1816-1819, dan pada akhir 1830-an. Epidemi tifus besar lain juga terjadi selama Bencana
Kelaparan Besar Irlandia antara tahun 1846 dan 1849.
Di Amerika, sebuah epidemi tifus membunuh putra Franklin Pierce di Concord, New
Hampshire pada 1843 dan juga menyerang Philadelphia pada tahun 1837. Beberapa epidemi terjadi di Baltimore, Memphis dan Washington DC antara 1865 dan 1873. Selama
Perang Dunia I tifus menyebabkan tiga juta kematian di Rusia bahkan lebih banyak lagi di Polandia dan Rumania. Kematian
umumnya antara 10 sampai 40 persen dari orang yang terinfeksi, dan penyakit tifus merupakan penyebab utama kematian bagi mereka yang merawat si sakit. Setelah perkembangan vaksin selama
Perang Dunia II, epidemi
hanya terjadi di Eropa Timur, Timur Tengah dan sebagian Afrika.
http://www.info-kes.com/2013/06/7-wabah-paling-mematikan-dalam-sejarah.html
http://www.info-kes.com/2013/06/7-wabah-paling-mematikan-dalam-sejarah.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar