Kamis, 12 Juni 2014

The localization Kapis in South Kalimantan stood in 23 November 1993

The localization Kapis in South Kalimantan stood in 23 November 1993

Localization of sex workers; not legalize fornication but restrictions and facilitate the control of HIV / AIDS? 

THE NAME of localization Kapis very popular in many areas, especially in the world of prostitution in the country. The name of it, the majority of people especially travelers instantly knew lust. Because the region is classified as an arena channeling legendary lust and the oldest in South Kalimantan.
Unfortunately, localization is not as beautiful and not comparable with its name. Localization is located in the middle of the rubber forests in the mountains in the village of Batu Ampar Kukusan districts Simpang Empat or about 10 kilometers from the capital city of the Land of Spices Batulicin.
Overview not visible, if the rubber in the forest there are residential areas that became the localization Kapis. In addition to quiet the population, in order to enter into the area of ​​forest that must traverse the rubber to the road along the 2 kilometers distant land desolate.
Prostitution in the city palace Earth prostration which is currently named Kapis it stands 23 November 1993. Was started, the policy of the district government under the leadership Kotabaru Bektham (when it was still joined) requested that all dimly lit stalls located in Jalan Pal7 Transmigration moved to Small River Village (now expanded into the village of Batu Ampar).
With reason, though far from ordinary residential areas. In fact, according to the county District Head Batulicin Kotabaru (before expansion area), Abdul Kadir Jilani, Pal7 region Transmigration Road will be used by the government for the construction of the military base is now named Rifle Battalion Company C Tanah Bumbu.
Prior to Pal7, dimly lit stalls were already standing in the region near Pal3 Kodeco company which is the oldest company in Batulicin since 1982. Due to many employees and visitors, comes the stalls that were originally only offer food and beverages such as tea and coffee .
"Initially only near Kodeco. Because there are development companies, we asked to be moved in pal7. After a few years we are also asked to move back, because that area for construction battalion. Finally, the stall owners also agreed and both moved in this area, "said Eddie Herman, chairman of the RT17 Kapis.
Furthermore, this mustachioed man said, with a capital marks the old building that stood on the edge of a stall which was then still called the Village Small river districts Batulicin.
In a way, it attracted the attention of the public especially for the newcomers joined in setting up the stalls. Because getting banykanya stalls, 1995 again requested that the district Kotabaru stalls most locations should be moved into the forest and away from the residential area that is now known as New Kapis.
"The emergence of Kapis old name and the new Kapis  absence stalls partial removal of the carp. The old one  is called Kapis old and the new area in  here called Kapis. But yhey are still a village, the old and the new in RT16& in  RT17, "Edi explained.
Still according to Eddie, he continued to follow the development of the localization today number in the hundreds. Himself, also struggled to clear land which has now become the residential population.
Initially, the area was forested. To establish a new Kapis, he shared residents about 13 acres of open land. In addition to residential, agricultural plantations and also for ordinary citizens.
"It used to be a dense forest with large trees. In fact, I had pain 6 months after cutting the big trees here. Said urang Java, this haunted area because there is no previous incoming residents. And the rest of us who started to be like this, "he recalls.
And the name Kapis, continued Edi, a name taken from a river in the roadside which is the origin of the founding Kapis and now Old Kapis. Thus, the name was eventually attached to the present.

NAMA lokalisasi Kapis sangat terkenal di berbagai daerah, terlebih di kalangan dunia prostitusi di negeri ini. Menyebut nama itu, mayoritas orang khususnya para pelancong syahwat langsung mengenalnya. Karena kawasan itu merupakan arena penyaluran birahi yang tergolong legendaris dan tertua di Kalimantan Selatan.

Sayangnya lokalisasi tersebut tidak seindah dan tidak sebanding dengan kesohoran namanya. Lokalisasi yang terletak di tengah hutan karet di kaki gunung Kukusan di Desa Batu Ampar kecamatan Simpang Empat atau sekitar 10 kilometer dari kota Batulicin ibu kota Tanah Bumbu.

Sekilas tidak terlihat, jika di dalam hutan karet tersebut ada pemukiman warga yang menjadi areal lokalisasi Kapis tersebut. Selain sepi penduduk, untuk bisa masuk ke daerah itu harus melintasi hutan karet dengan jalan tanah sepanjang 2 kilometer nan sunyi.

Istana prostitusi di kota Bumi Bersujud yang saat ini bernama Kapis itu berdiri 23 November Tahun 1993. Itu berawal, adanya kebijakan pemerintah kabupaten Kotabaru dibawah kepemimpinan Bektham (saat itu masih bergabung) meminta agar semua warung remang-remang yang berada di Pal7 Jalan Transmigrasi dipindah ke Desa Sungai Kecil (sekarang dimekarkan menjadi Desa Batu Ampar).

Dengan alasan, biar jauh dari pemukiman warga biasa. Bahkan, menurut Camat Batulicin kabupaten Kotabaru (sebelum pemekaran wilayah), Abdul Kadir Jaelani, kawasan Pal7 Jalan Transmigrasi tersebut akan digunakan pemerintah untuk pembangunan markas TNI yang sekarang ini bernama Batalyon Kompi Senapan C Tanah Bumbu.

Sebelum di Pal7, warung remang-remang itu sudah berdiri di wilayah Pal3 dekat perusahaan Kodeco yang merupakan perusahaan tertua di Batulicin sejak Tahun 1982. Karena banyak karyawan dan para pendatang, munculah warung-warung tersebut yang semula hanya menjajakan makanan dan minuman berupa the dan kopi.

“Awalnya hanya di dekat Kodeco. Karena ada pengembangan perusahaan, kita diminta untuk pindah di pal7. Setelah beberapa tahun kita juga kembali diminta pindah, karena daerah itu untuk pembangunan batalyon. Akhirnya, para pemilik warung juga sepakat dan sama-sama pindah di daerah ini,” kata Edi Hermawan, ketua RT17 Kapis.

Lebih lanjut pria berkumis tebal ini mengatakan, dengan modal bekas-bekas bangunan lama itu berdirilah sebuah warung di pinggir yang saat itu masih bernama Desa sungai Kecil kecamatan Batulicin.

Dalam perjalanannya, ternyata menarik perhatian masyarakat khususnya para pendatang untuk ikut-ikut mendirikan warung tersebut. Lantaran semakin banykanya warung, Tahun 1995 kembali diminta pemerintah kabupaten Kotabaru agar lokasi warung sebagian harus dipindah ke dalam hutan yang lebih jauh dari pemukiman warga dan yang sekarang ini lebih dikenal dengan nama Kapis Baru.

“Munculnya nama kapis lama dan Kapis baru itu ya adanya pemindahan sebagian warung-warung itu mas. Yang tidak pindah dinamakan Kapis lama dan yang pindah kesini disebut Kapis baru. Tapi masih satu desa, yang lama RT16 dan yang baru ini RT17,” terang.

Masih menurut Edi, dirinya terus mengikuti perkembangan lokalisasi tersebut hingga saat ini jumlahnya mencapai ratusan. Dirinya, juga ikut berjuang membuka lahan yang sekarang sudah menjadi pemukiman penduduk tersebut.

Awalnya, daerah itu berupa hutan. Untuk mendirikan Kapis baru, dia bersama warga membuka lahan sekitar 13 hektar. Selain untuk pemukiman, juga untuk perkebunan dan pertanian warga biasa.

“Dulu hutan lebat dengan pohon-pohon yang besar. Bahkan, saya sempat sakit 6 bulan setelah memotong pohon yang paling besar disini. Kata urang jawa, daerah ini angker karena sebelumnya tidak ada warga yang masuk. Dan kami-kami ini yang memulainya hingga menjadi seperti ini,” kenangnya.

Dan nama Kapis itu, lanjut Edi, diambil dari sebuah nama sungai yang ada di pinggir jalan tersebut yang merupakan asal muasal berdirinya Kapis dan sekarang Kapis lama itu. Sehingga, nama tersebut akhirnya melekat hingga sekarang ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar