Rabu, 25 Juni 2014

IS CLOSURE OF DOLLY A SOLUTION ??????

IS CLOSURE OF DOLLY A SOLUTION ??????


This is a fact, that by closing Dolly, WTS-Female Sexual Workers
spread throughout localization  of Indonesia
It's a fact: Ex-Dolly Surabaya, reaching Palangkaraya Central Kalimantan.
APAKAH PENUTUPAN DOLLY SEBUAH SOLUSI ???

Ini sebuah fakta, bahwa dengan menutup Dolly akan menyebar di seluruh lokalisasi  se Indonesia.
Ini fakta: Eks Dolly Surabaya, merambah Palangkaraya Kalimantan Tengah.








Selasa, 24 Juni 2014

DATA HIV/AIDS SEMESTER I DI KAB LANDAK TAHUN 2014

DATA HIV/AIDS SEMESTER I DI KAB LANDAK TAHUN 2014
DATA HIV / AIDS IN LANDAK DISTRICT OF WEST BORNEO  
SEMESTER I 2014





Sabtu, 21 Juni 2014

The Commercial sex workers (CSWs) from Dolly, Surabaya, to Paradise Earth.

The Commercial sex workers (CSWs) from Dolly, Surabaya, to Paradise Earth.

Lokakarya PKBI dan KPA Kota Jayapura (Jubi/Sindung)
 The sidelines Mobilization Workshop  implementation in motion months HIV testing in Jayapura, in the Social Hall Kampkey Training, 
Abepura Saturday (21/6) afternoon.

The government of  Jayapura City is now preparing for the possibility of commercial sex workers (CSWs) from Dolly, Surabaya, to Paradise Earth, after the closing of the localization of the largest in Southeast Asia.
"We can not shut down, the expansion possibilities of entertainment that night workers to Jayapura, Jayapura sex workers in the city during this comes from Manado, Makassar and Surabaya," said Assiten The Regional Secretary is also the Secretary of KPA Jayapura Jayapura City, Binton Nainggolan on the sidelines Mobilization Workshop  implementation in motion months HIV testing in Jayapura, in the Social Hall Kampkey Training, Abepura Saturday (21/6) afternoon.
Preparations are now local governments, he said, which include enforcement and control of demographic data, medical examination and enforcement memorandum of understanding (MoU) between the Government of the area with local bars employers.
"In addition, we would anticipate the degree of coordination meetings for this threat with the stakeholders in Papua," added Binton Nainggolan
Meanwhile, the Executive Committee Indonesian Planned Parenthood Association (IPPA) of Papua Province, Dr. Gunawan recognizes the impact of the closure of Dolly should be anticipated by all governments in various regions. "The impact should be taken into account by the whole of government, I think it was discharged Eid, let us prepare all together," he said briefly. 

Pemerintah Kota Jayapura mengaku kini tengah mempersiapkan diri menghadapi kemungkinan datangnya pekerja seks komersial (PSK) dari Dolly, Surabaya, ke Bumi Cendrawasih, pasca ditutupnya lokalisasi terbesar di Asia Tenggara itu .

“Kita tidak bisa menutup diri, terhadap kemungkinan ekspansi pekerja hiburan malam itu ke Jayapura ,Pekerja seks di kota Jayapura selama ini berasal dari Manado, Makasar dan Surabaya,” ungkap Assiten Satu Sekda Kota Jayapura yang juga Sekretaris KPA Kota Jayapura, Binton Nainggolan di sela pelaksanaan Lokakarya Mobilisasi Msayarakat dalam gerakan bulan Tes HIV di Kota Jayapura, di Aula Diklat Sosial Kampkey, Abepura Sabtu (21/6) siang tadi.

Persiapan yang kini dilakukan pemerintah daerah, katanya, antara lain berupa penegakan dan penertiban data kependudukan, pemeriksaan kesehatan dan penegakan nota kesepahaman (MoU) antara Pemerintah daerah dengan pengusaha bar setempat.

“Selain itu, kita akan gelar rapat koordinasi untuk mengantisipasi ancaman ini bersama para pemangku kepentingan di tanah Papua, ,” tambah Binton Nainggolan

Sementara itu, Pengurus Harian Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Provinsi Papua, dr Gunawan mengakui dampak penutupan Dolly harus segera diantisipasi oleh seluruh pemerintah di berbagai daerah . “Dampak harus diperhitungkan oleh seluruh Pemerintah, saya kira habis Idul Fitri lah, mari kita bersama-sama persiapkan semua,” ujarnya singkat.

Sabtu, 14 Juni 2014

".......The Previous of 12 Governors and 17 Mayors Never had a plan to close Dolly........",Commercial sex workers (CSWs)


The Previous of 12 Governors and 17 Mayors  Never had a plan to close Dolly




Commercial sex workers (CSWs) Dolly had no idea about the policies mayor of Surabaya, Tri Rismaharini, which supported Governor of East Java, Soekarwo, to close Dolly. For 12 the governor of East Java, Surabaya mayor and 17 had never questioned the existence of Dolly.
"East Java since Ario Soerjo Hero Member RM led to Imam Utomo, and Surabaya since Radjamin Nasution led to Bambang DH, never had plan to close Dolly. Is it only because of the efforts Risma imaging and Soekarwo?" said a prostitute in a dialogue in theater titled "Dolly your history Now", which was held in Jakarta, Saturday (14/06/2014).
Conversations conducted three prostitutes in the lobby of a house in the Dolly also discusses that the government should not intervene about the moral affairs of its citizens.
"Let our own moral affairs are taken care of, wong government is depraved moral course, there are still likes corruption, and many women who still love to snack," said one of the prostitutes.
At the end of the dialogue, the trio is committed to a policy against Surabaya City Government in land cover their sustenance are already tens of years.
"The government thinks we are sleeping, the government has been beating the drums of war, we must fight," asked one of the prostitutes.
The theater is the localization of media workers protest over closure policy. With framed theater, Dolly Localization Workers Front Chairman, Saputra, hope, the message delivered to the public can be more intact.
"Language resistance through art containers also be an effort to convey the aspirations of sex workers and workers localization premises more polite and respectful way," he explained.
The players of this theater, purely consists of the sex workers, residents, PKL localization, as well as house maids in the localization.

In addition to the guesthouse lobby Dolly takes place.
Setting location also took home the 2nd floor of City Hall is described as Surabaya.



Pekerja seks komersial (PSK) Dolly tidak habis pikir tentang kebijakan Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini, yang didukung Gubernur Jawa Timur, Soekarwo, untuk menutup lokalisasi Dolly. Sebab 12 gubernur Jatim, dan 17 wali kota Surabaya sebelumnya tidak pernah mempersoalkan keberadaan Dolly.

"Jatim sejak dipimpin RM Tumenggung Ario Soerjo hingga Imam Utomo, dan Surabaya sejak dipimpin Radjamin Nasution hingga Bambang DH, tak pernah persoalkan Dolly. Apa ini hanya karena upaya pencitraan Risma dan Soekarwo?" kata seorang PSK dalam sebuah dialog di pentas teater berjudul "Dolly Riwayatmu Kini", yang digelar di Surabaya, Sabtu (14/6/2014).

Perbincangan yang dilakukan tiga orang PSK di lobi sebuah wisma di Dolly itu juga membahas bahwa pemerintah tidak perlu ikut campur soal urusan moral warganya.

"Urusan moral biar kami sendiri yang urus, wong pemerintah saja moralnya masih bejat, ada yang masih suka korupsi, dan banyak yang masih suka jajan perempuan," kata salah seorang PSK.

Di akhir dialog, ketiganya berkomitmen untuk melawan kebijakan Pemkot Surabaya dalam penutupan lahan rezeki mereka yang sudah puluhan tahun.

"Pemerintah mengira kita ini tidur, pemerintah sudah menabuh genderang perang, kita harus melawan," ajak salah seorang PSK.

Pementasan teater itu adalah media protes pekerja lokalisasi atas kebijakan penutupan. Dengan dibingkai pertunjukan teater, Ketua Front Pekerja Lokalisasi Dolly, Saputra, berharap, pesan yang disampaikan kepada masyarakat bisa lebih utuh.

"Bahasa perlawanan melalui wadah kesenian juga menjadi bentuk upaya menyampaikan aspirasi para PSK dan pekerja lokalisasi denga cara lebih santun dan terhormat," jelasnya.

Para pemain teater ini, murni terdiri dari kalangan PSK, warga, PKL lokalisasi, serta pelayan wisma di lokalisasi tersebut. Selain mengambil setting lobi wisma Dolly. Setting lokasi juga mengambil lantai 2 wisma yang digambarkan sebagai Balaikota Surabaya.

 

Personal Protective Equipment (PPE)/ APD: Alat Pelindung Diri



The study on the description of personal protective equipment (PPE) and personal hygiene for
laboratorian were undertaken, in relation to high risk factor being infected with diseases including
HIV/AIDS, in clinical laboratory Ciptomangunkusumo Hospital, Jakarta, in 2001. 
 
 
 
  Studi deskripsi pada  alat pelindung diri (APD) dan kebersihan pribadi untuk
pegawai laboratorium yang dilakukan, dalam kaitannya dengan faktor risiko tinggi terinfeksi penyakit termasuk HIV / AIDS, di Rumah Sakit Ciptomangunkusumo laboratorium klinis, Jakarta, pada tahun 2001. 

The study on the description of personal protective equipment (PPE) and personal hygiene for
laboratorian were undertaken, in relation to high risk factor being infected with diseases including
HIV/AIDS, in clinical laboratory Ciptomangunkusumo Hospital, Jakarta, in 2001. The number of samples are 48 personnel who work in laboratories (24 hour, emergency installation, hematology, and child
laboratory), and the study design is cross-sectional.  The risk level is being scored in several criteria.  There
are 56.8% laboratorian who did not use PPE.  Based on risks, the high risk group is those who work in
child laboratory (100%) and hematological laboratory (75%).  Based on personal hygiene habit after
handling specimen, such as handwashing, 45.4% personnel had bad personal hygiene, thus the high risk group in child laboratory and hematological laboratory are both 75%. 
 
CONCLUSION
From these results it can be concluded that based on the use of PPE, more than 40% of workers in several laboratories (IGD, hematology, and children) at high risk of infection of disease dangerous, and 20% based on personal hygiene in the laboratory personnel at high risk in hematology laboratory , 75% of workers at high risk of infection of disease dangerous good by the use of PPE and personal hygiene is not the main reason for use of PPE by laboratory personnel are not available because of PPE in the laboratory.

ADVICE
According to me, It needs counseling for laboratory workers about the importance of using PPE when working sample handling and personal hygiene especially after work. Regulations on the use of PPE and wash hands after work needs to be applied strictly, the sanctions when violated and given the guidance and supervision of the officers of the discipline in the use of PPE and personal hygiene.


Abstrak.

Studi pada deskripsi alat pelindung diri (APD) dan kebersihan pribadi untuk
pegawai laboratorium yang dilakukan, dalam kaitannya dengan faktor risiko tinggi terinfeksi penyakit termasuk HIV / AIDS, di Rumah Sakit Ciptomangunkusumo laboratorium klinis, Jakarta, pada tahun 2001.

Jumlah sampel
adalah 48 personel yang bekerja di laboratorium (24 jam, instalasi gawat darurat, hematologi, dan anak
laboratorium), dan desain penelitian adalah cross-sectional. Tingkat risiko sedang mencetak gol di beberapa kriteria. di sana
adalah 56,8% pegawai laboratorium yang tidak menggunakan APD. Berdasarkan risiko, kelompok risiko tinggi adalah mereka yang bekerja di
laboratorium anak (100%) dan laboratorium hematologi (75%). Berdasarkan kebiasaan kebersihan pribadi setelah
penanganan spesimen, seperti mencuci tangan, 45,4% memiliki personel kebersihan pribadi yang buruk, sehingga kelompok berisiko tinggi di laboratorium anak dan laboratorium hematologi keduanya 75%.

Kata kunci: laboratorium klinis, tingkat risiko, kebersihan pribadi.
 
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa berdasarkan penggunaan APD, lebih dari 40% petugas di beberapa laboratorium (IGD, hematologi, dan anak)  berisiko tinggi terinfeksi penyakit yang berbahaya, dan berdasarkan hygiene perorangan 20% petugas di laboratorium tersebut yang berisiko tinggi Di laboratorium hematologi, 75% petugas berisiko tinggi terinfeksi penyakit berbahaya baik berdasarkan penggunaan APD maupun higiene perorangan Alasan utama tidak digunakan APD oleh petugas laboratorium adalah karena tidak tersedia APD di laboratorium.

SARAN
Menurut saya perlu penyuluhan bagi petugas laboratorium tentang pentingnya penggunaan APD saat bekerja menangani sampel dan higiene perorangan terutama setelah bekerja. Peraturan tentang penggunaan APD dan mencuci tangan setelah bekerja  perlu di-terapkan secara ketat, dengan diberikan sanksi apabila dilanggar serta bimbingan dan pengawasan terhadap petugas tentang disiplin dalam hal penggunaan APD dan higiene perorangan.  
 


Keywords: clinical laboratory, level of risk, personal hygiene

Jumat, 13 Juni 2014

DOLLY HAS BEEN A PROOF THAT THERE HAS BEEN INJUSTICE IN GETTING A JOB IN INDONESIA. SHOULD THE CLOSURE DOLLY BE DONE, WHO CAN GUARANTEE FREE INDONESIA FROM PROSTITUTES ?


DOLLY HAS BEEN A  PROOF THAT THERE HAS BEEN INJUSTICE IN GETTING A JOB IN INDONESIA.  

SHOULD THE CLOSURE DOLLY BE DONE, WHO CAN GUARANTEE FREE INDONESIA  FROM PROSTITUTES ?

Dozens of workers from the Dolly prostitutes, pimps, street vendors, and the house owner came to the Village Office Putat Jaya, Sawahan


Surabaya Mayor Tri Rismaharini canceled attend a rally in support closure of Dolly, Friday (06/13/2014). Until this news was revealed, the news about the cause of the cancellation has not been obtained.According to one of speculation, the cancellation occurred because there was an ambush of a group of residents repellent Dolly closure. However, word got out also that the agenda today Risma solid.As of 11:30 pm, Risma is not yet visible in front of the Village Office Putat Jaya, where the action will take place. Meanwhile, dozens of residents who plan to block action supported Dolly closing one by one left the village office. In the same place, the police still kept vigil.Head of Public Relations Mohammed Fikser Surabaya City Government confirmed on this justifies that Risma originally scheduled to attend a rally in support closing Dolly."However, I do not know why it was canceled. Clearly, at 10:00 am, Mrs. Risma scheduled to receive guests in his office," said Fikser.Earlier, dozens of workers from the Dolly prostitutes, pimps, street vendors, and the house owner came to the Village Office Putat Jaya, Sawahan. They obtain information about support groups closing action Dolly.Actions to support the accused as Dolly closure action because participants pay rations of rice after the action. They also earn money to eat. "I have evidence that the distribution of rice, and the rice I gave evidence to the village," said the PR Front Workers Localization (FPL), Slamet.



Surabaya Mayor Tri Rismaharini


Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini batal menghadiri aksi damai mendukung penutupan tempat lokalisasi Dolly, Jumat (13/6/2014). Hingga berita ini diturunkan, kabar mengenai penyebab pembatalan tersebut belum diperoleh.

Menurut salah satu spekulasi yang muncul, pembatalan terjadi karena ada penghadangan dari kelompok warga penolak penutupan Dolly. Namun, tersiar kabar juga bahwa agenda Risma pada hari ini padat.

Hingga pukul 11.30 WIB, Risma memang belum terlihat di depan Kantor Kelurahan Putat Jaya, tempat aksi akan digelar. Sementara itu, puluhan warga yang berencana menghadang aksi dukung penutupan Dolly pun satu per satu meninggalkan kantor kelurahan. Di tempat yang sama, aparat polisi masih tetap berjaga.

Kepala Bagian Humas Pemkot Surabaya Muhammad Fikser yang dikonfirmasi tentang hal ini membenarkan bahwa Risma semula diagendakan akan menghadiri aksi damai mendukung penutupan Dolly.

"Akan tetapi, saya belum tahu mengapa dibatalkan. Yang jelas, pukul 10.00 WIB, Ibu Risma dijadwalkan menerima tamu di ruang kerjanya," kata Fikser.

Sebelumnya, puluhan pekerja Dolly dari kalangan PSK, mucikari, PKL, dan pemilik wisma mendatangi Kantor Kelurahan Putat Jaya, Kecamatan Sawahan. Mereka memperoleh informasi mengenai aksi kelompok pendukung penutupan Dolly.

Aksi mendukung penutupan Dolly itu dituding sebagai aksi bayaran karena peserta memperoleh jatah beras seusai aksi. Mereka juga mendapatkan uang makan. "Saya punya bukti pembagian beras itu, dan bukti beras sudah saya berikan ke kelurahan," kata Humas Front Pekerja Lokalisasi (FPL), Slamet.



THERE ARE 4.449 CSW IN East Kalimantan and North Kalimantan (2013)

THERE ARE 4.449 CSW IN East Kalimantan and North Kalimantan (2013)






Based on data from the East Kalimantan Provincial Social Service in this Field of Social Rehabilitation (Social Rehabilitation), for the year 2013 and the number of Commercial Sex Workers (CSW) in East Kalimantan and North Kalimantan,  there are  4,449 people spread in 13 regencies / kota.

Kabupaten Tana Tidung listed as the only area that does not yet have a population of one type of social welfare problem (POM), while the population of the largest PSK occurred in the Kutai regency, there were 1,084 sex workers operating in the region with the largest budget in Indonesia.

Although Kukar noted as an area with the highest population of sex workers, but for the amount of localization or shelters prostitutes, West Kutai recorded as having the highest localization by 13 localization, Kukar followed in second position which is as much as 9 localization, followed Samarinda and Kutai Timur each localization of the 3, then Bulungan, Tarakan, Nunukan and 2 respectively Bontang and Balikpapan localization, Paser, Berau, Malinau and PPU 1 localization.

Population Data PSK following 13 districts / cities in East and North  Kalimantan in October 2013:
1). 648 people in Samarinda;
2). 284
people in Balikpapan;
3). 1,084
people in Kutai Kartanegara;
4). 332
people in Paser;

5).
299
people in Berau;
6). 177
people in Bulungan;
7).
88 people  in Tarakan;
8).
199 people in Nunukan;
9).215
people in Malinu;
10).234
people in East Kutai;
11).461
people in Bontang;
12).324
people in West Kutai;

13).104 people in Northern Penajam Paser
.







Berdasarkan data Dinas Sosial Provinsi Kaltim dalam hal ini Bidang Rehabilitasi Sosial (Rehsos), untuk tahun 2013 lalu jumlah Pekerja Seks Komersil (PSK) di Kaltim dan Kaltara tercatat sebanyak 4.449 jiwa yang tersebar di 13 Kabupaten/kota.Kabupaten Tana Tidung tercatat sebagai satu-satunya daerah yang tidak atau belum memiliki populasi salah satu jenis Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) tersebut, sementara itu populasi PSK terbesar terjadi di Kabupaten Kutai Kartanegara yakni tercatat sebanyak 1.084 PSK yang beroperasi di daerah dengan APBD terbesar di Indonesia tersebut.

Meski Kukar tercatat sebagai daerah dengan populasi PSK tertinggi, namun untuk jumlah lokalisasi atau tempat penampungan PSK, Kabupaten Kutai Barat tercatat sebagai daerah yang memiliki lokalisasi terbanyak yakni sebanyak 13 lokalisasi, Kukar menyusul di posisi kedua yakni sebanyak 9 lokalisasi, diikuti Samarinda dan Kutai Timur masing-masing 3 lokalisasi, kemudian Bulungan, Tarakan, Nunukan dan Bontang masing-masing 2 lokalisasi serta Balikpapan, Paser, Berau, malinau dan PPU 1 lokalisasi.

Berikut Data Populasi PSK 13 Kabupaten/kota di Kaltim dan Kaltara per bulan Oktober Tahun 2013 :

1.Samarinda 648 Jiwa
2.Balikpapan 284 Jiwa
3.Kutai Kartanegara 1.084 Jiwa
4.Paser 332 Jiwa
5.Berau 299 Jiwa
6.Bulungan 177 Jiwa
7.Tarakan 88 Jiwa
8.Nunukan 199 Jiwa
9.Malinau 215 Jiwa
10.Kutai Timur 234 Jiwa
11.Bontang 461 Jiwa
12.Kutai Barat 324 Jiwa
13.Penajam Paser Utara 104 Jiwa.

 

Kamis, 12 Juni 2014

The localization Kapis in South Kalimantan stood in 23 November 1993

The localization Kapis in South Kalimantan stood in 23 November 1993

Localization of sex workers; not legalize fornication but restrictions and facilitate the control of HIV / AIDS? 

THE NAME of localization Kapis very popular in many areas, especially in the world of prostitution in the country. The name of it, the majority of people especially travelers instantly knew lust. Because the region is classified as an arena channeling legendary lust and the oldest in South Kalimantan.
Unfortunately, localization is not as beautiful and not comparable with its name. Localization is located in the middle of the rubber forests in the mountains in the village of Batu Ampar Kukusan districts Simpang Empat or about 10 kilometers from the capital city of the Land of Spices Batulicin.
Overview not visible, if the rubber in the forest there are residential areas that became the localization Kapis. In addition to quiet the population, in order to enter into the area of ​​forest that must traverse the rubber to the road along the 2 kilometers distant land desolate.
Prostitution in the city palace Earth prostration which is currently named Kapis it stands 23 November 1993. Was started, the policy of the district government under the leadership Kotabaru Bektham (when it was still joined) requested that all dimly lit stalls located in Jalan Pal7 Transmigration moved to Small River Village (now expanded into the village of Batu Ampar).
With reason, though far from ordinary residential areas. In fact, according to the county District Head Batulicin Kotabaru (before expansion area), Abdul Kadir Jilani, Pal7 region Transmigration Road will be used by the government for the construction of the military base is now named Rifle Battalion Company C Tanah Bumbu.
Prior to Pal7, dimly lit stalls were already standing in the region near Pal3 Kodeco company which is the oldest company in Batulicin since 1982. Due to many employees and visitors, comes the stalls that were originally only offer food and beverages such as tea and coffee .
"Initially only near Kodeco. Because there are development companies, we asked to be moved in pal7. After a few years we are also asked to move back, because that area for construction battalion. Finally, the stall owners also agreed and both moved in this area, "said Eddie Herman, chairman of the RT17 Kapis.
Furthermore, this mustachioed man said, with a capital marks the old building that stood on the edge of a stall which was then still called the Village Small river districts Batulicin.
In a way, it attracted the attention of the public especially for the newcomers joined in setting up the stalls. Because getting banykanya stalls, 1995 again requested that the district Kotabaru stalls most locations should be moved into the forest and away from the residential area that is now known as New Kapis.
"The emergence of Kapis old name and the new Kapis  absence stalls partial removal of the carp. The old one  is called Kapis old and the new area in  here called Kapis. But yhey are still a village, the old and the new in RT16& in  RT17, "Edi explained.
Still according to Eddie, he continued to follow the development of the localization today number in the hundreds. Himself, also struggled to clear land which has now become the residential population.
Initially, the area was forested. To establish a new Kapis, he shared residents about 13 acres of open land. In addition to residential, agricultural plantations and also for ordinary citizens.
"It used to be a dense forest with large trees. In fact, I had pain 6 months after cutting the big trees here. Said urang Java, this haunted area because there is no previous incoming residents. And the rest of us who started to be like this, "he recalls.
And the name Kapis, continued Edi, a name taken from a river in the roadside which is the origin of the founding Kapis and now Old Kapis. Thus, the name was eventually attached to the present.

NAMA lokalisasi Kapis sangat terkenal di berbagai daerah, terlebih di kalangan dunia prostitusi di negeri ini. Menyebut nama itu, mayoritas orang khususnya para pelancong syahwat langsung mengenalnya. Karena kawasan itu merupakan arena penyaluran birahi yang tergolong legendaris dan tertua di Kalimantan Selatan.

Sayangnya lokalisasi tersebut tidak seindah dan tidak sebanding dengan kesohoran namanya. Lokalisasi yang terletak di tengah hutan karet di kaki gunung Kukusan di Desa Batu Ampar kecamatan Simpang Empat atau sekitar 10 kilometer dari kota Batulicin ibu kota Tanah Bumbu.

Sekilas tidak terlihat, jika di dalam hutan karet tersebut ada pemukiman warga yang menjadi areal lokalisasi Kapis tersebut. Selain sepi penduduk, untuk bisa masuk ke daerah itu harus melintasi hutan karet dengan jalan tanah sepanjang 2 kilometer nan sunyi.

Istana prostitusi di kota Bumi Bersujud yang saat ini bernama Kapis itu berdiri 23 November Tahun 1993. Itu berawal, adanya kebijakan pemerintah kabupaten Kotabaru dibawah kepemimpinan Bektham (saat itu masih bergabung) meminta agar semua warung remang-remang yang berada di Pal7 Jalan Transmigrasi dipindah ke Desa Sungai Kecil (sekarang dimekarkan menjadi Desa Batu Ampar).

Dengan alasan, biar jauh dari pemukiman warga biasa. Bahkan, menurut Camat Batulicin kabupaten Kotabaru (sebelum pemekaran wilayah), Abdul Kadir Jaelani, kawasan Pal7 Jalan Transmigrasi tersebut akan digunakan pemerintah untuk pembangunan markas TNI yang sekarang ini bernama Batalyon Kompi Senapan C Tanah Bumbu.

Sebelum di Pal7, warung remang-remang itu sudah berdiri di wilayah Pal3 dekat perusahaan Kodeco yang merupakan perusahaan tertua di Batulicin sejak Tahun 1982. Karena banyak karyawan dan para pendatang, munculah warung-warung tersebut yang semula hanya menjajakan makanan dan minuman berupa the dan kopi.

“Awalnya hanya di dekat Kodeco. Karena ada pengembangan perusahaan, kita diminta untuk pindah di pal7. Setelah beberapa tahun kita juga kembali diminta pindah, karena daerah itu untuk pembangunan batalyon. Akhirnya, para pemilik warung juga sepakat dan sama-sama pindah di daerah ini,” kata Edi Hermawan, ketua RT17 Kapis.

Lebih lanjut pria berkumis tebal ini mengatakan, dengan modal bekas-bekas bangunan lama itu berdirilah sebuah warung di pinggir yang saat itu masih bernama Desa sungai Kecil kecamatan Batulicin.

Dalam perjalanannya, ternyata menarik perhatian masyarakat khususnya para pendatang untuk ikut-ikut mendirikan warung tersebut. Lantaran semakin banykanya warung, Tahun 1995 kembali diminta pemerintah kabupaten Kotabaru agar lokasi warung sebagian harus dipindah ke dalam hutan yang lebih jauh dari pemukiman warga dan yang sekarang ini lebih dikenal dengan nama Kapis Baru.

“Munculnya nama kapis lama dan Kapis baru itu ya adanya pemindahan sebagian warung-warung itu mas. Yang tidak pindah dinamakan Kapis lama dan yang pindah kesini disebut Kapis baru. Tapi masih satu desa, yang lama RT16 dan yang baru ini RT17,” terang.

Masih menurut Edi, dirinya terus mengikuti perkembangan lokalisasi tersebut hingga saat ini jumlahnya mencapai ratusan. Dirinya, juga ikut berjuang membuka lahan yang sekarang sudah menjadi pemukiman penduduk tersebut.

Awalnya, daerah itu berupa hutan. Untuk mendirikan Kapis baru, dia bersama warga membuka lahan sekitar 13 hektar. Selain untuk pemukiman, juga untuk perkebunan dan pertanian warga biasa.

“Dulu hutan lebat dengan pohon-pohon yang besar. Bahkan, saya sempat sakit 6 bulan setelah memotong pohon yang paling besar disini. Kata urang jawa, daerah ini angker karena sebelumnya tidak ada warga yang masuk. Dan kami-kami ini yang memulainya hingga menjadi seperti ini,” kenangnya.

Dan nama Kapis itu, lanjut Edi, diambil dari sebuah nama sungai yang ada di pinggir jalan tersebut yang merupakan asal muasal berdirinya Kapis dan sekarang Kapis lama itu. Sehingga, nama tersebut akhirnya melekat hingga sekarang ini.

In Central Kalimantn HIV / AIDS continues to increase from 62 cases in 2011 to 376 cases in 2014

In Central Kalimantan HIV / AIDS continues to increase from 62 cases in 2011 to 
376 cases in 2014
Di  Kalimantan Tengah HIV / AIDS terus meningkat dari 62 kasus pada tahun 2011 menjadi376 kasus pada tahun 2014







HIV / AIDS continues to increase in Central Kalimantan. Ironically, during the last five years there were patients of infants under five years. Contracted from his parents. This was stated by the Chief Medical Officer (DHO) CK Suprastija through the Head of Communicable Disease Control and Health Office of Central Kalimantan, Sinsigus."During the five years of HIV / AIDS is quite high and there is a 4.2 percent Toddler in Central Kalimantan," said CK Sinsigus.According to data from 2008 to 2014 while the number of people living with HIV AIDS 256 160, with a total of 376 spread across 14 districts / cities. By age, the highest number of people predominantly those aged 25 to 49 years to reach 67.1 per cent (see table)."So if calculated from the amount of the whole of Central Kalimantan HIV / AIDS Toddler age of about 16 people," said Sinsigus. It also asked the public consciousness in the future to check into the clinic Clinic Voluntary Test (VCT) for signaling transmission of HIV / AIDS."The role of community and awareness is needed to reduce the number of the spread of HIV / AIDS because it is very regrettable to continue infectious already suffered especially children from an early age," he explained.Meanwhile, Head of Control and Eradication of Health Office of Palangkaraya, Irma F, also said cases of people living with HIV / AIDS come from toddler age who allegedly contracted from his parents. There's even a toddler who died."If in Palangkaraya from 2009 to 2014 HIV / AIDS special Toddler reach four people and one death," said Irma.With vivid details, Irma which of the data in the VCT clinic at the General Hospital (Hospital) Dr. Doris Sylvanus Palangkaraya, in 2010 of 10 people found the toddler, 2011 from seven there is a toddler, in 2012 there were 13 with two toddler."We continue to encourage the public to be aware of HIV / AIDS transmission by way of check to klnik VCT," he said.
PERCENTAGE OF CASES HIV / AIDS in Central Kalimantan

Age group (year) &
Percentage (%)

≤ 4    =    4.2

5-14  =    3.9

15-19=    3.6

20-24=  13.8

25-49=  67.1

≥ 50  =    8.4


Sources: VCT clinic dr Doris Sylvanus


HIV/AIDS di Kalteng terus meningkat. Ironisnya, selama lima tahun terakhir terdapat penderita dari bayi di bawah lima tahun alias Balita. Tertular dari orangtuanya. Hal ini disampaikan Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kalteng Suprastija melalui Kasi Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit Menular Dinkes Kalteng, Sinsigus.
“Selama lima tahun ini penularan HIV/AIDS cukup tinggi dan terdapat 4,2 persen adalah Balita di Kalteng,” kata Sinsigus kepada Kalteng Pos, Selasa (10/6).
Menurutnya dari data sejak 2008 hingga 2014 jumlah penderita HIV 256 sedangkan AIDS 160, dengan total 376 tersebar di 14 kabupaten / kota. Berdasarkan usia, jumlah penderita tertinggi didominasi mereka yang berusia 25 sampai 49 tahun yang mencapai 67,1 persen (lihat tabel).
“Jadi kalau dihitung dari jumlah tersebut maka seluruh Kalteng penderita HIV/AIDS usia Balita sekitar 16 penderita,” imbuh Sinsigus. Pihaknya juga meminta ke depannya kesadaran masyarakat untuk memeriksakan diri ke klinik Voluntary Clinic Test (VCT) agar diketahui penularan HIV/AIDS.
“Peranan dan kesadaran dari masyarakat sangat dibutuhkan untuk menekan angka penyebaran dari HIV/AIDS karena sangat disesalkan jika sampai terus menular apalagi sudah diderita anak -anak sejak usia dini,” bebernya.
Sementara itu, Kasi Pengendalian dan Pemberantasan Dinkes Palangka Raya, Irma F, juga menyampaikan kasus penderita HIV/AIDS berasal dari usia Balita yang diduga tertular dari orangtuanya. Bahkan sudah ada satu Balita yang meninggal dunia.
“Kalau di Palangka Raya sejak 2009 hingga 2014 penderita HIV/AIDS khusus Balita mencapai Empat orang dan satu meninggal dunia,” jelas Irma kepada Kalteng Pos, Selasa (10/6).
Dengan rincian jelas, Irma dimana dari data di klinik VCT di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Doris Sylvanus Palangka Raya, tahun 2010 dari 10 penderita terdapat satu Balita, 2011 dari tujuh terdapat satu Balita, 2012 ada 13 dengan dua Balita.
“Kita terus mendorong agar masyarakat mewaspadai penularan HIV/AIDS dengan cara memeriksakan ke klnik VCT,” katanya. (*ari/abe)
PERSENTASE KASUS HIV/AIDS DI KALTENG
Kelompok Usia (Tahun)     Persentase (%)
≤ 4                                            4,2
5-14                                          3,9
15-19                                        3,6
20-24                                      13,8
25-49                                      67,1
≥ 50                                          8,4
Sumber: Klinik VCT RSUD dr Doris Sylvanus